Siapakah diantara kita yang terbebas dari dosa? Siapakah diantara kita yang tidak pernah melakukan kesalahan terhadap Sang Pencipta? Kita sebagai manusia dengan segala keterbatasannya pasti telah melakukan kesalahan, yang menjadikan diri menjadi hamba yang merugi selama hidup di dunia. Setiap tindak tanduk manusia pasti sudah pasti tercatat oleh Malaikat. Begitulah dalam syariat Islam, bahwa makhluk Tuhan tidak hanya manusia, ada Malaikat yang memiliki tugas khusus.
Segala keadaan dan realitas ini, perilaku buruk manusia khususnya, Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menyembunyikan aib manusia kecuali manusia sendiri yang mengungkap aibnya.
Di dalam kehidupan ini tidak ada kasih dan sayang terindah melebihi kasih dan sayang Tuhan. Berbeda dengan manusia yang sering lupa dan lebih mencintai kehidupan duniawi yang bersifat fana ini.
Hidup ini adalah anugerah yang sangat besar diberikan kepada kita semua. Diri ini pun juga diciptakan di dunia dengan tujuan untuk beribadah. Semua dan segala anugerah Tuhan patut untuk disyukuri. Pertolongan-Nya jauh melebihi dari apa yang diuji kepada hambanya.
Namun secara praktik manusia sering mengeluh atas anugerah masalah dan menganggapnya sebagai cobaan yang selalu ditimpakan kepada manusia. Tanpa berpikir lebih mendalam sebab akibat dan dampak positif atau prasangka baik dari apa yang dialami.
Padahal jika kita mau melihat lebih kritis, cobaan tersebut merupakan suatu ujian untuk memperkuat keimanan seseorang, serta memperkokoh kualitas imannya. Padahal jika kita sadari pada ujian tersebut Allah sudah berfirman “Laa tahzan!” yang artinya jangan khawatir atau jangan bersedih,.
Kehidupan manusia memang seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang pula di bawah. Kadang suka maupun duka. Semua itu merupakan warna-warni kehidupan dunia yang harus dijalani oleh semua orang.
Allahberfirman dalam Q.S. At Talaq [65]: 7 yang artinya berikut ini:
“Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
Beribu cobaan telah diberikan kepada manusia namun seringnya diri tidak menyadari bagaimana cobaan tersebut dijadikan sebagai pelajaran hidup supaya lebih berhati-hati dalam menjalankan kehidupan ini. Perlu kita ketahui segala perbuatan buruk tersebut akan mendapat ganjaran di dunia ini secara langsung berupa cobaan, itu seharusnya dijadikan bahan untuk muhasabah.
Namun manusia sering berkeluh kesah, menganggap semua hal yang terjadi ini merupakan cobaan berat yang harus diterima. Manusia sering merasa tidak mampu menghadapinya dan tidak berani melaluinya.
Alhasil dampaknya membuat manusia depresi hingga stres. Keadaan yang memilukan hingga hingga tidak bisa membaca situasi dalam pemaknaan tersebut, bukahkan Allahsudah mengatakan bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Tapi kenapa manusia sering protes dan merasa tidak mampu, atau menganggap Tuhan sedang tidak baik pada diri sendiri. Sebaliknya, bila ada kabar baik menganggap Tuhan sedang berpihak pada diri sendiri. Nikmatnya bersyukur pada dasarnya diimplementasikan dalam setiap keadaan. Bagaimanapun bentuk ujian dan cobaan seharusnya manusia harus bisa introspeksi diri dan melakukan taubat, karena itu adalah sebaik-baik cara dalam menerima ketetapan Allah.
Dalam diri ini, sering mengedepankan kata taubat yang diiringi dengan penyesalan. Taubat yang pernah dilakukan oleh sebagian manusia tidak seperti substansi taubat yang sesungguhnya, yaitu kembali dan tidak mengulangi perbuatan yang buruk tersebut.
Mendalami makna taubat, apakah kita mampu mendefinisikannya sebagaimana ketentuan Tuhan. Seringnya setelah taubat dilakukan, kita melakukan kesalahan lagi secara berulang.
Entah, maksiat itu dapat dapat dimaafkan oleh Tuhan atau sebaliknya. Manusia memang perlu melakukan penyadaran dan pencucian dengan sebenar-benar penyucian diri.
Bertaubat merupakan salah satu cara penyucian diri, membersihkan hati dan berikrar untuk tidak lagi melakukan keburukan yang dapat menyakiti hati orang lain.
Betapa baiknya Tuhan, yang selalu menerima pertaubatan hamba yang ingin bersungguh-sungguh, meski manusia sudah berlumuran dosa. Kesalahan yang pernah diperbuat tersebut merupakan kezaliman terhadap diri sendiri. Namun diri ini tidak pernah mengerti esensi dari semua hal yang terjadi.
Dalam semua kehidupan ini, penting kita bersyukur atau berterima kasih kepadaTuhan, sebab memberikan segala bentuk kebutuhan dan kenikmatan kehidupan yang terkadang tidak disadari. Maka tidak ada salahnya untuk memohon diri dan berdoa kepada Tuhan. Dalam kehidupan ini kita harus mengetahui esensi dan hakekat dari kehidupan ini. Selama kita masih hidup di dunia tentu tidak akan lepas dari cobaan maupun ujian, namun yang pasti kita lakukan yaitu beribadah dan bersyukur atas segala hal yang telah Tuhan berikan kepada kita.